9 Oktober 2011

Angin Berlalu

Berawal dari suatu siang yang cukup cerah, saat itu, aku baru sampai dari suatu perjalanan dengan abang ku. ketika baru turun dari mobil, aku langsung berjalan ke arah rumah dengan abang yang mendampingiku, abang yang tinggi dan kekar. kadang aku sangat menginginkan berbadan tinggi seperti abang ku, tapi ini lah aku, yang tak secantik para artis-artis di tivi, aku yang di berikan kesempurnaan rupa dan fisik, dan haruslah terus bersyukur atas pemberian-NYA pada ku.
Tak seperti kakak-kakak ku yang lain, abang yang satu ini selalu memanjakan aku, dia masih saja menganggap ku seperti adik kecilnya. meski begitu, aku sangat senang mempunyai banyak saudara yang berbeda karakter.
Ketika abang ku membelai dan memegangi kepala ku, tak sengaja aku melihat ke arah utara rumah ku. Aku melihat seorang pria yang memandangi kami berdua, dengan tak sadar, dia sudah lama melihat kami. Aku menegaskan penglihatan ku, takutnya anggapan ku yang salah.
Setelah lama aku tinggal di sana, aku baru melihat pria itu, yang kurus dan lumayan manis. sejak itu, aku merasa penasaran terhadap pria tersebut, hingga suatu saat aku bertanya pada salah seorang anak tentang identitasnya, tapi sayang sekali, info yang di dapatkan tak sesuai pengharapan ku.
Tak aku sadari, ternyata pintu kamarnya pas sekali dengan pintu kamarku, hingga aku bisa melihat setiap saat gerak-geriknya. Aku bisa melihat apa yang sering dia lakukan.
Hari terus berjelang, rasa penasaranku semakin membesar, aku hanya tahu dia sedang kuliah dan se-semester denga ku. Kampusnya yang tak jauh dengan kampus ku, membuatku semakin penasaran ingin mengetahui tentang dirinya.
Aku berharap suatu hari nanti, aku bisa bertemu langsung dengannya, aku hanya ingin kenal lebih lanjut dengannya, itulah yang selalu ada di dalam benak ku. Hingga suatu hari, keinginan ku terkabul. Aku bertemu dengannya di halte bis. Ketika itu aku belum tahu kalau dia adalah pria yang selalu membuat ku penasaran. Hingga akhirnya, dia yang menyapaku terlebih dahulu, hampir sama dengan para wanita lain ketika bertemu dengan seseorang yang dianggapnya special seperti apa, rasanya aku ingin sekali pergi dari halte itu karena tak bisa menahan rasa gerogi yang sedang ku alami, rasanya seperti mimpi, dia yang menghampiriku dan menyapaku duluan. Saat-saat yang selalu kutunggu-tunggu akhirnya terjadi juga, aku hanya tersipu malu menatap wajahnya yang kalm. Hingga aku cepat tersadar dan menjawab sapaannya…
“hai..! lu yang tinggal disebrang rumah gua kan,? Lu inget gua kan.?”
“hhhh..aaii….!!! oohh,, iyah,, gua tinggal di sebrang rumah lu, iya gua masih inget lu, ngomong-ngomong ngapain lu di sini..?” sahutku sambil terbata-bata.
“baguslah kalau masih inget gua, ooh,, gua lagi nunggu bis, gua mau ke kampus, lu sendiri ngapain,,?” sahutnya dengan ramah.
“ooh, mau ke kampus,?”
“iyah sama, gua juga mau ke kampus,”
“lu kuliah juga,? Di mana?” tanyanya penuh rasa penasaran.
“iyah, gw kuliah. Kampus gua gak jauh sama kampus lu, kampus kita tetanggaan”.
“ooh,, jadi kita dekatan juga?,, bagus kalau gitu”
          Hingga percakapan kami terhenti oleh kedatangan bis.
“eh, udah ada tuh bis nya, kita naik yuk..?” ajaknya pada ku.
“oh,, iyah…”
Karena penumpang yang tak sedikit, kami terpisah, posisi kami berjauhan.
Aku sangat menyesalkan kejadian itu, tapi bagaimanapun, aku sangat senang dengan adanya obrolan singkat itu.
          Yang membuat ku aneh, mengapa ketika dia di rumahnya, dia tak seramah saat bertemu di halte,? Dia masih terlihat cuek terhadap keberadaan ku,?
Apa ada yang salah denga ku?
Pertanyaan itu yang akhir-akhir ini selalu ada dalam benak ku.
          Setiap hari k uterus memandangi pintu kamarnya, tiap hari sering ku memandang ke arah rumahnya, tapi tak sebatang hidungnya pun aku temui.
Rasanya sakit yang ku alami, setelah lama terus melihat dan mengharapkan dia, sampai saat ini pun tak aku temui dia. Aku hanya menyemangati diriku untuk tak selalu mengharapkan nya lagi.
Satu kesimpulan yang ku dapatkan, dia hanyalah angin lalu yang tak mengaharpkan kehadiranku, dia hanyalah angin yang menggoyahkan hati ku sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar